Sabtu, Oktober 20, 2018

BERHAJI KE TANAH SUCI

Berhaji, tentunya dambaan setiap muslimin dan muslimat. Demikian pula dengan saya dan isteri. Dulu setiap kali kami berpapasan dengan rombongan calon jemaah haji yang berangkat ke tanah suci, selalu terbesit dalam hati, apakah kami termasuk yang akan dipanggil? kalau ya, kapan kami bisa berangkat? Pertanyaan itu muncul mengingat saya sebagai PNS dan isteri guru swasta gajinya pas-pas an. Tapi Allah membuka jalan buat kami. Separuh dana sertifikasi tahun-tahun pertama kami alokasikan buat haji. Alhamdulillah Allah memanggil kami ke tanah suci tahun 2018. Ini suatu karunia yang besar bagi kami. Terima kasih ya Allah.

Banyak pengalaman rohani yang kami peroleh selama haji. Salah satunya adalah terkabulnya doa-doa kami. Allah menunjukkan kuasanya, jika kesulitan kita berdoa, maka akan segera terkabul.


Pada waktu berangkat dari Embarkasi Donohudan, saya dalam kondisi flu. Kondisi ini semakin memberat selama penerbangan. Beberapa menit sebelum pesawat mendarat di Madinah, saya terus berdoa kepada Allah agar flu saya ini segera sembuh sehingga saya dapat melaksanakan ibadah dengan khusyuk. Allahu Akbar, sesampai di Bandara Madinah, flu saya berangsur-angsur sembuh. Dan sesampai di hotel, saya benar-benar sembuh total. Alhamdulillah, saya dapat melaksanakan ibadah di Masjid Nabawi dengan tenang.

Ketika melaksanakan rangkaian sai setelah tawaf ifadhoh, saya kebelet pipis. Saya minta isteri nunggu di dalam dekat pintu keluar, karena saya mau ke KM/WC. Tapi apa yang terjadi, setelah saya selesai buang pipis, saya tidak lagi bisa masuk ke ruangan semula. Semua pintu masuk lantai 1 ditutup oleh petugas karena sudah penuh jamaah. Saya berusaha mencari pintu lain yang barangkali masih bisa dimasuki. Tapi ternyata semua memang tertutup. Saya diminta ke lantai 2 saja.
Kalau saya melanjutkan di lantai 2, bagaimana dengan isteriku yang menunggu di lantai 1? Dalam kebingungan seperti itu, saya hanya berdoa, ya Allah bagaimana ini? Tolong ya Allah. Tiba-tiba terbesit keinginan saya untuk melihat pintu dimana saya keluar tadi. Saya ke pintu itu, tapi tidak bisa mendekat karena ada penghalang. Pas saya sampai di sana, saya lihat dari jarak 30 m isteriku ada di dekat pintu itu. Saya berteriak memanggil, tapi dia tak dengar. Maklum jaraknya cukup jauh dan suara saya serak. Untung ada seorang jamaah yang melihat dan menyampaikan ke isteri saya kalau ada yang memanggil dia. Pelan-pelan isteri mendekat ke arah saya, nampaknya suasana malam mengaburkan pandangan. Setelah dekat barulah dia berujar: Ya Allah, Mas Budi to...aku sudah lama nunggu lho, Mas. Kemana saja? Lalu aku ceritakan masalahnya. Sudah, Bu. Ayo Ibu ikut aku keluar, kita lanjut ke lantai 2 karena aku tidak boleh masuk lewat lantai 1 ini lagi. Akhirnya kami melanjutkan sai yang kurang di lantai 2. Alhamdulillah jam 02.30 selesai.

Hikmah cerita ini adalah, kalau mau pipis, ajak serta pasangan keluar bersama. Supaya tidak pisah, tidak terjadi seperti saya tadi. Untung Allah menolong kami.
Itulah sedikit pengalaman rohani saya. Masih ada yang lain sebenarnya, tapi lain waktu sajalah. 
Allah Maha Besar, Maha Mendengar, Maha Pengasih dan Maha Penyayang.




Saat pamitan dengan keluarga dan tetangga


Usai tawaf sunah di Masjidil Haram



Di Mina


Di Bukit Uhud


Di Jabal Rahmah