Seminggu sebelum berangkat ke tanah suci, tepatnya Senin 9 Juli 2018, ketika kami baru saja masuk rumah sepulang dari acara pelepasan haji di Pendopo Kajen, kami mendapat sms dari adik ipar di Jogja yang isinya adalah berita duka : Innalillahi wa inna ilaihi roojiuun, bapak telah dipanggil oleh Allah SWT.
Berita ini tentu sangat mengejutkan bagi kami, karena dalam waktu dekat kami memang berencana akan sowan Bapak Mertua sebelum berangkat ke tanah suci. Tapi rupanya Allah telah mentakdirkan lain.
Bapak mertuaku meninggal diusia 92 th tanpa didahului sakit yang merepotkan. Hanya semacam panas biasa. Beberapa hari sebelum meninggal, Bapak masih kuat sholat di masjid. Namun 3 hari terakhir kondisi Bapak memang drop. Bulan puasa kemarin Bapak sempat opname karena badannya panas dingin. Pada waktu opnam itulah sebenarnya Bapak telah memberikan tanda-tanda perpisahan. Waktu itu pada saat video call, Bapak berpesan agar anak-anaknya rukun jika Bapak tiada nanti. Kami sempat menangis saat itu.
Ada satu hal yang mengharukan, yaitu ketika Bapak berwasiat kepada anak isterinya tentang pembagian gaji pensiunan ke-13 nya. Gaji itu telah dibagi-bagi, selain untuk ibu dan cucu, persiapan kurban, ternyata Bapak mertua juga menyisakan buat bekal haji kami nanti. Ini tentu menambah haru kami ketika mendengarnya.
Maka ketika di Makkah dan Madinah, kami senantiasa berdoa untuk Bapak mertua sudah tiada. Semoga Allah mengampuni dosa dan kesalahan, menerima amal ibadah nya semasa di dunia dan menjadikan kuburnya sebagai tempat yang diberkahi. Amiin.
Selamat Jalan Bapak......
Foto terakhir, ketika Idul Fitri 2018
Sesaat sebelum pemakaman, saudara dan handai tolan, berduyun-duyun takziah,
memberikan doa dan penghormatan terakhirnya kepada Bapak mertua.